Singkong atau cassava sudah sejak lama dikenal masyarakat sebagai bahan baku untuk berbagai keperluan, salah satunya adalah sebagai bahan baku makanan olahan. Keripik singkong misalnya, panganan ini sudah lama menjadi makanan kecil atau cemilan yang banyak disukai orang. Bahkan, keripik singkong sudah memasuki pasar ekspor untuk dijadikan sebagai makanan ringan.
Besarnya konsumsi masyarakat akan makanan olahan berbasis singkong, baik di dalam maupun di luar negeri, mendorong tumbuhnya wirausaha yang pada umumnya merupakan pengusaha kecil dan menengah. Namun, tidak menutup kemungkinan munculnya usaha besar yang memproduksi keripik singkong dengan berbagai cita rasa.
Dalam kurun waktu belakangan ini, sejalan dengan berkembangnya teknologi dan berkembangnya inovasi serta kreativitas masyarakat pengusaha, singkong sudah dimanfaatkan untuk produk makanan olahan lain. Sebut saja, cassava brownies tela, tela crezz better cassava dan cokro tela cake, yang diproduksi oleh pengusaha muda asal Yogyakarta, Firmansyah.
Ketika ditemui reporter Majalah Kina beberapa waktu lalu di pameran Kampoong Industry, Nusadua, Bali, Firmansyah mengaku kalau produk yang dihasilkannya banyak diminati masyarakat. Bahkan, tambah Firmansyah, kassava brownies tela merupakan brownies pertama di Indonesia yang menggunakan singkong. “ Kassava brownies tela dibuat dalam berbagai varian produk seperti original, coklat, strawberry, pandan, keju, mocca, kacang dan lain-lain, “ ujar Firmansyah penuh rasa bangga.
Ia mengatakan, selain kassava brownies tela yang selama ini menjadi andalan, juga memproduksi makanan lain seperti tela krezz better cassava dan cokro tela cake. Kesemuanya ini memanfaatkan bahan baku singkong yang disuplai oleh petani dari daerah Gunung Kidul.
Tela krezz better cassava, tambah Firmansyah, merupakan produk makanan ringan hasil inovasi dari bahan baku singkong yang berkualitas, lezat dan bergizi. “Produk tela crezz better cassava memiliki daya tahan yang cukup lama, aman dikonsumsi oleh anakanak, remaja hingga orang dewasa. Selain itu, produk ini juga cocok dimanfaatkan sebagai cemilan, mulai dari hidangan keluarga dan tamu, hingga makanan di café-café, restoran atau supermarket,” ujar Firmansyah kepada reporter Kina belum lama ini.
Dalam pada itu, produk lainnya yang juga berbahan baku singkong adalah cokro tela cake. Panganan ini dapat dinikmati oleh siapa saja, karena beberapa alasan. Pertama, diproduksi dalam berbagai varian sesuai kegemaran. Kedua, singkong sebagai antioksidan, anti kanker, dan anti tumor di samping kaya serat, dan ketiga, berbahan baku lokal, asli Indonesia.
Berbicara masalah pemasaran, Firmansyah mengaku cukup baik dan prospektif. Selain memiliki tujuh gerai di Yogyakarta, dia juga mengajak masyarakat untuk memproduksi kassava brownies tela, tela crezz dan cokro tela cake, melalui sistem kemitraan. ”Lewat pola semacam ini, kami ingin mengajak warga masyarakat terutama Yogyakarta untuk berwirausaha, mengingat peluang pasar yang masih terbuka,” ujar Firmansyah. Dia menambahkan, semakin banyak orang menjadi wirausaha dibidang makanan olahan, maka petani singkong di Yogyakarta dan sekitarnya, akan terjamin penghasilannya. Dengan begitu, kesejahteraan para petani singkong diharapkan akan menjadi lebih baik.
Hanya saja, lanjut Firmansyah, persoalan ketersediaan lahan yang cukup buat pertanian dimasa depan, perlu dipikirkan sejak saat ini.
Sebab, tidak tertutup kemungkinan terjadi alih fungsi lahan pertanian ke fungsi lain, seperti permbanguan perumahan, pertokoan, dan sebagainya. Padahal, meningkatnya produksi singkong maupun produk pertanian lain, selain mendukung industri pengolahan hasil pertanian di dalam negeri, juga bisa mengurangi impor bahan pangan secara bertahap.
Menjawab pertanyaan mengapa memilih bisnis kuliner berbasis singkong, Firmansyah mengatakan, pertama, produksi singkong cukup melimpah dan harganya terjangkau. Kedua, menyerap hasil panen petani dalam jumlah besar yakni 60 ton per bulan, sehingga bisa membantu penghasilan mereka, dan ketiga, merupakan produksi dalam negeri. Selain itu, alasan lain yang mendorongnya berbisnis olahan makanan berbasis singkong adalah banyaknya tenaga kerja Indonesia yang mencari pekerjaan ke luar negeri seperti Malaysia.
Dulu, lanjut Firmasyah, ketika baru lulus dari Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, ia bekerja pada Lembaga Sosial Masyarakat dari Kanada, yakni Canada World Youth. Setelah enam bulan di Kanada, dia kembali ke Indonesia dan ditugaskan di Entikong, perbatasan Kalimantan Barat dengan wilayah Malaysia.
Dari situlah ia berpikir kenapa para tenaga kerja tadi tidak bekerja di dalam negeri dengan mengembangkan produk-produk pertanian seperti halnya menanam singkong misalnya.
Setelah bertugas di Entikong, Kalbar, Firmansyah kembali ke Yogyakarta dan bertekad membangun usaha yang banyak melibatkan tenaga kerja. Lewat usahanya yang dibangun pada tahun 2006, saat ini terserap 60 orang tenaga kerja tetap, dan ratusan petani Gunung Kidul dan sekitarnya, sebagai tenaga tidak tetap, pemasok bahan baku singkong.
Usaha kuliner yang dipimpin Firmansyah saat ini memang cukup berkembang dan memungkinkan untuk terus berkembang di masa mendatang. Selain resep selalu memperbaiki kualitas produk dan dengan harga yang terjangkau, ia juga terus berupaya membangun jaringan bisnis dalam rangka perluasan pasar Itulah sekelumit cerita dari seorang pengusaha muda asal Yogyakarta, yang bertekad untuk terus memanfaatkan bahan baku lokal sebagai pendukung roda usahanya. Dalam kaitan inilah, dia berharap kiranya pemerintah dapat membantu promosi produk industri kreatif UKM secara berkelanjutan. Bahkan, promosi di luar negeri menjadi dambaan Firmansyah serta pengusaha lainnya guna memasuki pasar global disuatu saat nanti. (Gns).
Cokro Tela Cake
Jl. HOS Cokroaminoto 97 Yogyakarta
Telp: (0274) 619191
Sumber : Majalah KINA 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar