Kamis, 22 Maret 2012

5 Rahasia Untuk Sukses di Bisnis

Ada banyak sifat yang dirujukkan pada seorang wirausahawan, misal, pemberani, pembuka jalan, pengambil resiko, bahkan serakah, rakus, dan macam-macam lainnya. Manusia-manusia langka yang berani menghadapi resiko dan berspekulasi dipandang sebagai pengusaha yang tega melakukan apa pun untuk meraih kekayaan sehingga merusak kesehatan dirinya sendiri. Yang jelas, semua image tersebut sudah seharusnya dibuang ke dalam keranjang sampah mistik dan kesalahpahaman.
Di jaman sekarang ini, ada sebuah model baru bagi seorang wirausahawan sejati. Mereka memandangkan kesuksesan sebagai sesuatu yang lain, karena mereka menyadari bahwa bermimpi untuk meraih keamanan melalui kekayaan adalah sesuatu yang benar- benar hanyalah sebuah mimpi belaka.
Mereka menemukan bahwa sebuah keamanan diri bukan berasal dari finansial. Mereka melangkah ke dalam kekuatan batin mereka untuk menempuh tujuan hidup dan menciptakan hidup yang penuh makna, bukan sekedar bisnis belaka. Mereka inilah yang kami sebut sebagai wirausahawan sejati.
Ada lima sifat dan hal yang dimiliki oleh seorang wirausahawan sejati. Yaitu:
1. Visioner.
Wirausahawan model lama biasanya suka melawan sesuatu. Karena, mereka menginginkan kebebasan dan melakukan segala sesuatu menurut cara mereka sendiri,serta percaya bahwa mereka bisa melakukannya jauh lebih baik ketimbang orang lain. Tetapi, bagi seorang wirausahawan sejati, jiwa yang memberontak hanyalah sebagian kecil saja. Bagaimana pun, seorang wirausahawan sejati lebih merupakan seorang yang visioner. Mereka melihat gambar besar yang begitu penuh angan-angan. Mereka juga mempunyai wawasan yang luas akan hidup dan usaha yang ingin mereka ciptakan.
2. Pencipta nasibnya sendiri.
Wirausahawan tradisional menciptakan bisnis, dan ini merupakan motivator terbesar mereka. Namun, ketika bisnis telah diciptakan, kemana lagi mereka akan melangkah? Wirausahawan sejati bergerak menuju nasib dan takdir mereka. Mereka mendapat inspirasi dari sesuatu yang lebih luas daripada sekedar apa yang bisa mereka usahakan. Mereka pun menggali kekuatan batin dalam mereka dan melangkah penuh percaya diri. Mereka bisa tetap melangkah meski hambatan tampaknya mustahil dilalui. Dengan demikian, orang-orang yang tepat, tempat yang tepat dan kesempatan yang tepat bermunculan untuk menolong wirausahawan sejati meraih takdir mereka.
3. Menarik perhatian.
Semua wirausahawan mempunyai mimpi. Sebagian dari mereka berkeinginan untuk mencapai tujuan yang jelas, sedangkan yang lain hanya berkeinginan untuk menjadi seorang wirausahawan yang terkenal dan pertama.Mereka mendorong ide dan bisnis untuk melakukan sesuatu yang mungkin sulit dicapai orang lain. Namun, seorang wirausahawan sejati, bukan sekedar bermimpi, mereka juga orang yang menarik perhatian. Setiap langkah mereka mampu menjadi inspirasi bagi orang lain.
4. Meraih tujuan diri.
Banyak wirausahawan tradisional secara agresif mengejar mimpi dan mengembangkan bisnis yang sangat sukses. Tapi, banyak dari mereka yang tak merasakan kepuasan batin. Kenapa? Karena mereka tidak menyisihkan waktu untuk benar-benar memahami apa yang penting bagi hidup mereka, sebagai akibatnya, mereka menderita banyak penyakit, hubungan yang buruk dan hal-hal lain. Sedangkan wirausahawan sejati menciptakan bisnis dari dalam diri sebagai perwujudan kesadaran jiwa mereka. Mereka mengerti apa yang penting untuk menyelaraskan keyakinan dan mimpi-mimpi mereka untuk memenuhi tujuan hidup mereka.
5. Inspirasional.
Banyak wirausahawan memilih untuk tidak mempunyai karyawan atau rekan kerja. Mereka lebih suka bekerja sendiri. Itu kenapa, seringkali mereka tidak bisa bertindak sebagai supervisor yang baik. Mereka lebih suka mengendalikan semuanya, atau melakukan micromanagement, atau tidak memanage apa-apa. Wirausahawan sejati tahu pentingnya spirit team dan bagaimana membangkitkan inspirasi orang lain agar menjadi kreatif dan mampu mengekspresikan hidup yang penuh makna. Mereka tahu bahwa memenuhi kebutuhan orang-orang lebih baik bagi klien dan rekan bisnis mereka. Dan, sebagai akibatnya bisnis mereka pun tumbuh.Tak peduli apakah anda sekarang ini adalah seorang wirausahawan atau sedang bermimpi menjadi seorang wirausahawan, memahami bagaimana menjadi seorang wirausahawan sejati tentu mempunyai banyak keuntungan bagi anda. Anda bisa menyingkirkan cap sebagai seorang wirausahawan tradisional dan memberikan ruang yang lebih luas bagi anda untuk pertumbuhan diri anda. Jika anda siap untuk melangkah maju dan berikrar untuk meraih apa yang anda inginkan, yaitu hidup penuh makna dan sejahtera, inilah waktunya untuk berubah. Ubah pandangan anda dan jadilah seorang wirausahawan sejati sekarang!!
Sumber    : seputar wirausaha

Berani Mulai dari Awal, Usahanya Beromzet 100 Juta


JAKARTA - Karier mulus, jabatan tinggi, untuk sebagian orang bukanlah tujuan akhir. Bahkan, bagi mereka, kembali memulai dari bawah sama sekali bukan masalah demi mengembangkan usaha sendiri.

Avianto Suwito adalah salah satu dari orang-orang dengan visi dan keberanian berlebih tersebut. Pada 2000, Avian, demikian dia biasa dipanggil, memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai area manajer supermarket Hero wilayah DKI Jakarta–Jawa Barat, tempatnya mengabdikan diri bekerja selama lebih dari 15 tahun. “Waktu di Hero saya bekerja di bagian processing food development,” ujar Avian.
Namun, terbukti bahwa keputusan, keberanian, dan perhitungannya tepat. Kini, Avianto Suwito menjelma menjadi seorang pengusaha sukses di bidang pengolahan makanan.
Berbekal pengetahuan di bidang pengolahan makanan yang diperolehnya selama bekerja, dia merintis usaha di bisnis makanan olahan. Mahir dan memiliki pengetahuan serta pengalaman cukup dalam bidang pembuatan roti dan makanan, Avian memilih untuk membuka usaha pembuatan roti.
Alasan dia memilih bidang usaha itu karena industri pengolahan roti terbilang sederhana dan tidak membutuhkan proses yang mengedepankan kontrol penuh selama 24 jam dalam sehari.
Dengan tekad bulat, tahun 2000 dia realisasikan mimpinya dengan mendirikan Tulip Bakery yang berlokasi di Pamulang, Tangerang Selatan. Dia mengakui, modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha di bidang pengolahan makanan ringan itu terbilang besar untuk ukuran industri kecil dan menengah. “Tahun 2001 saya buka usaha ini dengan modal cukup besar, sampai Rp500 juta,” paparnya.
Modal tersebut diperolehnya dari hasil menabung selama bekerja 15 tahun lamanya. Avian mengaku tidak meminjam modal dari bank untuk membuka usahanya.
Menurut Avian, tingginya modal adalah karena peralatan yang dibutuhkan untuk proses produksi pembuatan roti terbilang sangat mahal. Begitu pula dengan bahanbahan yang dibutuhkan untuk proses pengolahan, juga terbilang sangat mahal.
Sebab, bahan-bahan pembuat roti sebagian besar tidak bisa diperoleh di dalam negeri. Menurut Avian, dia maupun pengusaha roti lainnya memesan bahan pembuat roti langsung dari Malaysia, Singapura, dan negara-negara Eropa yang terkenal sebagai penghasil roti kualitas dunia semisal Prancis dan Italia.
“Selain untuk kebutuhan bahan-bahan tadi, modal yang besar juga dibutuhkan untuk sewa tempat, yakni sebesar Rp30 juta,” ujarnya.
Dia memahami konsekuensi awal dari upayanya saat merintis usaha tersebut, yakni tidak akan mendatangkan keuntungan yang besar pada saat awal. Avian memaparkan, enam bulan pertama usahanya dijalankan, tidak ada hasil yang maksimal yang diperolehnya.
“Itu saya sadari sejak awal. Tantangan terberat pengusaha baru adalah tidak memperoleh keuntungan pada masa awal merintis usaha,” tuturnya.
Avian mengatakan, enam bulan pertama usahanya berjalan, omzet yang didapatnya hanya sebesar Rp30 juta-Rp40 juta per bulan. Hasil itu hanya cukup untuk membiayai produksi dan menggaji karyawannya.
Namun, tidak menyerah sampai di situ, Avian tetap bersemangat dalam merintis usahanya.Alhasil, secara perlahan tapi pasti, omzet usahanya mulai meningkat. “Pelan-pelan omzet mulai naik. Sekarang sudah di atas Rp100 juta per bulan,” kenangnya.
Menurut Avian, dalam merintis usaha pengolahan makanan, yang dibutuhkan adalah improvisasi dan inovasi tanpa henti. Hal itu, kata dia, harus disadari penuh dan dijalankan tanpa kecuali.
Sebab, tanpa improvisasi dan inovasi baru, usaha yang dirintis akan segera tertinggal pesaing-pesaing di bidang yang sama. “Dengan berinovasi dan kreatif, maka produk yang dihasilkan akan lain dan membuat kita berada di posisi depan dalam persiangan usaha yang sehat,” bebernya.
Beberapa inovasi yang sempat dijalankannya, kata dia, adalah hasil dari pembelajaran dan ilmu yang didapatnya selama bekerja. Sebagian lainnya, diperoleh saat menjalankan usaha dan bersinggungan langsung dengan konsumennya.
Dia mencontohkan, di tahap dasar ia belajar mengenai roti ala Eropa yang cenderung keras. Maka, roti jenis itu pula yang diproduksinya. Namun, dalam perkembangannya, dia mempelajari bahwa karakteristik konsumen Indonesia justru tidak memungkinkan dia untuk mempertahankan jenis roti Eropa.
Lantas, kiblatnya pun beralih ke jenis roti Taiwan yang lebih halus dan lebih digemari masyarakat Indonesia. Bahkan, kata dia, dari pengalamannya dia tahu bahwa untuk kawasan Asia Tenggara, jenis roti Taiwan yang sangat halus adalah yang paling tinggi permintaan pasarnya.
“Sesuai dengan karakteristik itu, inovasi dan ide-ide segar pun dihadirkan dengan mengadopsi jenis roti yang lebih halus. Kita juga harus pandai melihat permintaan masyarakat atau segmennya. Jadi, masyarakat Indonesia bisa menikmati yang di suka,” ungkapnya.
Mengenai kendala, selama 10 tahun merintis usahanya, Avian mengatakan bahwa rintangan terbesar yang dihadapinya untuk mengembangkan usaha adalah persoalan tenaga kerja.
Untuk proses pembuatan roti, papar dia, dibutuhkan tenaga kerja yang terampil dan memiliki keahlian khusus di bidang tata boga. Saat ini, Avian mempekerjakan sebanyak 11 orang karyawan yang diambil melalui paradigma pemberdayaan masyarakat sekitar.
“Kesulitannya, lulusan SMK tata boga jarang ada yang langsung tertarik bekerja ke sini, mereka lebih memilih melanjutkan kuliah. Jadi, kita harus memberdayakan dan mendidik tenaga kerja yang ada,” ujarnya.
Kendati kendala menghadang, Avian tidak surut untuk mengembangkan usahanya. Dia mengaku, jerih payah dan keringat yang dicurahkannya selama 10 tahun dalam merintis usahanya, akan terus dioptimalkan untuk menghadirkan pola pelayanan dan pemasaran yang lebih baik bagi konsumennya.
Menurut dia, kendaraan operasional diyakini mampu menjawab tantangan ke depan sekaligus mewujudkan harapan dan keinginannya. “Saya merencanakan, tahun depan akan membeli tiga sampai lima unit sepeda motor untuk operasional dan pemasaran. Saya yakin itu akan lebih efektif,” tuturnya.
Kini, setelah 10 tahun, Avian mengaku cukup berbangga dengan hasil yang telah dinikmatinya. Kualitas roti bercita rasa tinggi dengan mengedepankan inovasi dan kreasi, membuat usaha yang dirintisnya tetap diminati berbagai kalangan.
(Koran SI/ade)

Berani Mulai dari Awal, Usahanya Beromzet 100 Juta

Berwirausaha!

 JAKARTA - Karier mulus, jabatan tinggi, untuk sebagian orang bukanlah tujuan akhir. Bahkan, bagi mereka, kembali memulai dari bawah sama sekali bukan masalah demi mengembangkan usaha sendiri.
 Avianto Suwito adalah salah satu dari orang-orang dengan visi dan keberanian berlebih tersebut. Pada 2000, Avian, demikian dia biasa dipanggil, memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai area manajer supermarket Hero wilayah DKI Jakarta–Jawa Barat, tempatnya mengabdikan diri bekerja selama lebih dari 15 tahun. “Waktu di Hero saya bekerja di bagian processing food development,” ujar Avian.
Namun, terbukti bahwa keputusan, keberanian, dan perhitungannya tepat. Kini, Avianto Suwito menjelma menjadi seorang pengusaha sukses di bidang pengolahan makanan.
Berbekal pengetahuan di bidang pengolahan makanan yang diperolehnya selama bekerja, dia merintis usaha di bisnis makanan olahan. Mahir dan memiliki pengetahuan serta pengalaman cukup dalam bidang pembuatan roti dan makanan, Avian memilih untuk membuka usaha pembuatan roti.
Alasan dia memilih bidang usaha itu karena industri pengolahan roti terbilang sederhana dan tidak membutuhkan proses yang mengedepankan kontrol penuh selama 24 jam dalam sehari.
Dengan tekad bulat, tahun 2000 dia realisasikan mimpinya dengan mendirikan Tulip Bakery yang berlokasi di Pamulang, Tangerang Selatan. Dia mengakui, modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha di bidang pengolahan makanan ringan itu terbilang besar untuk ukuran industri kecil dan menengah. “Tahun 2001 saya buka usaha ini dengan modal cukup besar, sampai Rp500 juta,” paparnya.
Modal tersebut diperolehnya dari hasil menabung selama bekerja 15 tahun lamanya. Avian mengaku tidak meminjam modal dari bank untuk membuka usahanya.
Menurut Avian, tingginya modal adalah karena peralatan yang dibutuhkan untuk proses produksi pembuatan roti terbilang sangat mahal. Begitu pula dengan bahanbahan yang dibutuhkan untuk proses pengolahan, juga terbilang sangat mahal.
Sebab, bahan-bahan pembuat roti sebagian besar tidak bisa diperoleh di dalam negeri. Menurut Avian, dia maupun pengusaha roti lainnya memesan bahan pembuat roti langsung dari Malaysia, Singapura, dan negara-negara Eropa yang terkenal sebagai penghasil roti kualitas dunia semisal Prancis dan Italia.
“Selain untuk kebutuhan bahan-bahan tadi, modal yang besar juga dibutuhkan untuk sewa tempat, yakni sebesar Rp30 juta,” ujarnya.
Dia memahami konsekuensi awal dari upayanya saat merintis usaha tersebut, yakni tidak akan mendatangkan keuntungan yang besar pada saat awal. Avian memaparkan, enam bulan pertama usahanya dijalankan, tidak ada hasil yang maksimal yang diperolehnya.
“Itu saya sadari sejak awal. Tantangan terberat pengusaha baru adalah tidak memperoleh keuntungan pada masa awal merintis usaha,” tuturnya.
Avian mengatakan, enam bulan pertama usahanya berjalan, omzet yang didapatnya hanya sebesar Rp30 juta-Rp40 juta per bulan. Hasil itu hanya cukup untuk membiayai produksi dan menggaji karyawannya.
Namun, tidak menyerah sampai di situ, Avian tetap bersemangat dalam merintis usahanya.Alhasil, secara perlahan tapi pasti, omzet usahanya mulai meningkat. “Pelan-pelan omzet mulai naik. Sekarang sudah di atas Rp100 juta per bulan,” kenangnya.
Menurut Avian, dalam merintis usaha pengolahan makanan, yang dibutuhkan adalah improvisasi dan inovasi tanpa henti. Hal itu, kata dia, harus disadari penuh dan dijalankan tanpa kecuali.
Sebab, tanpa improvisasi dan inovasi baru, usaha yang dirintis akan segera tertinggal pesaing-pesaing di bidang yang sama. “Dengan berinovasi dan kreatif, maka produk yang dihasilkan akan lain dan membuat kita berada di posisi depan dalam persiangan usaha yang sehat,” bebernya.
Beberapa inovasi yang sempat dijalankannya, kata dia, adalah hasil dari pembelajaran dan ilmu yang didapatnya selama bekerja. Sebagian lainnya, diperoleh saat menjalankan usaha dan bersinggungan langsung dengan konsumennya.
Dia mencontohkan, di tahap dasar ia belajar mengenai roti ala Eropa yang cenderung keras. Maka, roti jenis itu pula yang diproduksinya. Namun, dalam perkembangannya, dia mempelajari bahwa karakteristik konsumen Indonesia justru tidak memungkinkan dia untuk mempertahankan jenis roti Eropa.
Lantas, kiblatnya pun beralih ke jenis roti Taiwan yang lebih halus dan lebih digemari masyarakat Indonesia. Bahkan, kata dia, dari pengalamannya dia tahu bahwa untuk kawasan Asia Tenggara, jenis roti Taiwan yang sangat halus adalah yang paling tinggi permintaan pasarnya.
“Sesuai dengan karakteristik itu, inovasi dan ide-ide segar pun dihadirkan dengan mengadopsi jenis roti yang lebih halus. Kita juga harus pandai melihat permintaan masyarakat atau segmennya. Jadi, masyarakat Indonesia bisa menikmati yang di suka,” ungkapnya.
Mengenai kendala, selama 10 tahun merintis usahanya, Avian mengatakan bahwa rintangan terbesar yang dihadapinya untuk mengembangkan usaha adalah persoalan tenaga kerja.
Untuk proses pembuatan roti, papar dia, dibutuhkan tenaga kerja yang terampil dan memiliki keahlian khusus di bidang tata boga. Saat ini, Avian mempekerjakan sebanyak 11 orang karyawan yang diambil melalui paradigma pemberdayaan masyarakat sekitar.
“Kesulitannya, lulusan SMK tata boga jarang ada yang langsung tertarik bekerja ke sini, mereka lebih memilih melanjutkan kuliah. Jadi, kita harus memberdayakan dan mendidik tenaga kerja yang ada,” ujarnya.
Kendati kendala menghadang, Avian tidak surut untuk mengembangkan usahanya. Dia mengaku, jerih payah dan keringat yang dicurahkannya selama 10 tahun dalam merintis usahanya, akan terus dioptimalkan untuk menghadirkan pola pelayanan dan pemasaran yang lebih baik bagi konsumennya.
Menurut dia, kendaraan operasional diyakini mampu menjawab tantangan ke depan sekaligus mewujudkan harapan dan keinginannya. “Saya merencanakan, tahun depan akan membeli tiga sampai lima unit sepeda motor untuk operasional dan pemasaran. Saya yakin itu akan lebih efektif,” tuturnya.
Kini, setelah 10 tahun, Avian mengaku cukup berbangga dengan hasil yang telah dinikmatinya. Kualitas roti bercita rasa tinggi dengan mengedepankan inovasi dan kreasi, membuat usaha yang dirintisnya tetap diminati berbagai kalangan.
 
 
sumber    : (Koran SI/ade)

Bisnis Pisang Goreng Beromzet Miliaran berkat Inovasi


Berwirausaha!
Berani mencoba dan tekun bisa menjadi kunci sukses bisnis.Bermodal ketekunan dan kegigihan itulah Wildan yang hanya tamatan SMA menjadi wirausahawan sukses. Wildan–demikian panggilan akrabnya– tak pernah bermimpi menjadi sukses seperti saat ini. Dia cukup tahu diri. Bekal pendidikan yang dia dapatkan hanya pas-pasan.
Namun, kerja keras yang telah dirintisnya beberapa tahun mampu membalikkan nasib bapak lima anak ini. Ihwal sukses Wildan berawal dari sebuah gerai berukuran 9×10 M berlokasi di bawah flyover Jalan ExitTol RC Veteran,Bintaro,Jakarta Selatan, yang ia sewa empat tahun yang lalu. Bermodal awal Rp75 juta, pria asal Lampung ini mencoba peruntungan membuka bisnis pisang goreng.Keberanian Wildan membuka gerai jajanan pasar pisang goreng boleh diacungkan jempol.
Pasalnya, hampir di setiap sudut jalan di Jakarta pasti ditemui jajanan pasar ini.Namun, berkat inovasi produk yang dia beri nama ”Pisang Goreng Pasir” ini diminati banyak orang. Menggelitik memang ketika mendengar kata ”pisang goreng pasir”,dan pasti timbul pertanyaan apakah pisang itu dimasak dengan pasir. Menurut si empunya, nama pasir berasal dari butiran-butiran kecil kecokelatan yang mirip dengan pasir yang ada pada tepung yang menyelimuti pisang goreng.
Wildan berpikir,nama pasir ini akan menjadi magnet tersendiri. Wildan bercerita, mendapat ide berbisnis pisang goreng berawal dari menjamurnya gerai-gerai pisang goreng yang berada di daerah Bintaro.”Pada 2005 lalu di jalan sekitar sini banyak gerai pisang goreng,dan yang paling laku yakni pisang goreng pontianak”, ujar pria kelahiran Lampung. Setelah mengantre dan ikut mencoba mencicipi pisang goreng pontianak yang memang sedang booming saat itu.Wildan melihat bentuk tepungnya begitu unik namun dari segi rasa menurutnya kurang nikmat.
Wildan memutuskan mengkreasikan pisang goreng miliknya dengan rasa yang berbeda. Minyak penggorengan yang digunakannya juga terus diganti setelah enam jam pemakaian.”Tujuannya agar lebih bersih dan tidak menggunakan minyak yang memiliki kolesterol tinggi,”katanya. Mengenai jenis pisang yang digunakan,Wildan memilih pisang lampung karena potensi pisang di Lampung cukup banyak dan tidak kalah kualitasnya dengan pisang dari Pontianak.
Hasil dari cobacoba dan terus inovasi, ide ayah lima anak ini berbuah manis. Di hari pertama penjualannya,pisang goreng pasir laku hingga 500 potong. Didukung embel-embel nama pasir, ternyata membuat orang makin penasaran dengan pisang goreng hasil olahannya. Tantangan Wildan dalam membesarkan usahanya tidak selalu berjalan mulus. Stok bahan baku yang ia dapatkan terkadang kosong.
Pernah ia siasati dengan mengganti bahan baku yang jenis pisangnya berbeda namun kualitasnya di atas pisang kepok kuning dari Lampung tapi sebagian besar pelanggannya kecewa. Hingga kini Wildan selalu menjaga mutu.Ketika stok bahan baku tidak ada,gerainya akan tutup padaesokataulusanya.Namun,saat ini dirinya dapat mengantisipasi kekosongan bahan baku.setiap hari ia menerima 300 tandan pisang yang langsung didatangkan dari Lampung.
Untuk menyimpan seluruh pasokan pisangnya, ia memusatkan pada satu gudang yang terletak di daerah Cipete. Selain itu,Wildan selalu menjaga citra dagangannya dengan cara menjadikan produknya bisa masuk ke semua kalangan.Dia mengatakan, walaupun berupa jajanan pasar, produknya bisa menjadi makanan yang bersih dan semua orang bisa menyukainya. Usaha yang ia geluti hampir lima tahun ini akhirnya membuahkan hasil. Saat ini ia memiliki 100 pegawai yang tersebar di 15 gerai di seluruh Jabodetabek.
Dia mampu menjual 1.000 potong pisang pada hari biasa dengan harga per potong Rp2.500. Sementara, di akhir pekan bisa mencapai 4.000 potong pisang. Itu pun hanya untuk setiap gerainya. Jika dihitung,Wildan bisa mengantongi omzet penjualan Rp2,5 juta per hari tiap gerainya. Bila saat ini ia memiliki 15 gerai, berarti Wildan memiliki omzet penjualan Rp37,5 juta per hari dan dalam sebulan omzetnya mencapai Rp1,125 miliar. Selain bisnis pisang goreng,Wildan melakukan inovasi baru yakni membuat kompor pintar untuk mendongkrak penjualan pisang gorengnya.
Wildan mengaku, dengan adanya kompor pintar ini dapat memberikan berbagai keuntungan. Salah satu keuntungan yangiadapatyaknibisamenghemat 20% bahanbakardalampemakaian gas 12 kg. ”Bila dengan kompor gas biasa setiap menggoreng hanya bisa 20 pisang.Tetapi sekarang dengan kompor pintar bisa menggoreng hampir 100 pisang sekali goreng,” ucapnya sumringah. Penghematan waktu menggoreng juga diamini pria yang dulunya pernah bekerja sebagai salesman panci ini.
”Rata-rata setiap menggoreng tanpa kompor pintar berkisar 15–20 menit namun sekarang 10 menit saja sudah bisa dicapai,” demikian Wildan bertutur. Dengan kesuksesan yang sudah diraihnya saat ini tidak membuat Wildan berpuas diri.Wildan selalu mencari celah untuk bisa memasarkan produknya ke segala lapisan konsumen. Ini terlihat dari rencananya ke depan yang akan menjual pisang goreng pasir ke tempattempat yang tidak mungkin dijangkau olehnya.
Seperti terminal ataupun kampus-kampus dengan cara menggunakan sepeda motor yang sedang dia modifikasi saat ini. Rencananya untuk memasarkan produk melalui delevery order atau sepeda motor adalah salah satu solusi un-tuk para konsumen yang selalu meminta dirinya menjadi partner bisnis.
Wildan juga sempat mendapat tawaran di dalam negeri maupun di beberapa negara tetangga untuk menjadi rekanan. Lagi-lagi Wildan belum siap menerima tawaran itu. ”Dikhawatirkan akan merusak bahan baku pisang karena terlalu lama dalam pengirimannya,”paparnya.


Sumber :  (Koran SI/ade)

Kewirausahaan


Dalam menyelesaikan tugas softskill yang bermata kuliah kewirausahaan ini, kali ini saya akan membahas berbagai macam kewirausahaan yang diawali apa itu arti kewirausahaan sendiri, etimologi kewirausahaan, sejarah kewirausahaan, proses kewirausahaan, ciri-ciri dan sifat kewirausahaan, tahap-tahap kewirausahaan dan faktor kegagalan dalan berwirausaha serta peran wirausaha dalam perekonomian nasional. Semoga setelah kita membaca dan mempelajarinya artikel ini kita akan termotivasi untuk mendirikan UKM sehingga menjadi seorang pengusaha yang  dapat  membangun dan menciptakan lapangan pekerjaan untuk semua orang dan dapat memajukan UKM di Indonesia. Untuk lebih jelasnya mari kita simak artikel ini.
Kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.
Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya. Richard Cantillon (1775), misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau ketidakpastian. Berbeda dengan para ahli lainnya, menurut Penrose (1963) kegiatan kewirausahaan mencakup indentfikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi sedangkan menurut Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya dan menurut Peter Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan. Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur) mempunyai cara berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul.

Etimologi

Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu.

 Sejarah kewirausahaan

Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard Castillon pada tahun 1755. Di luar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20. Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda dikenadengan ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmer. Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan sejak 1970-an banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen usaha kecil. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan. DI Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.

Proses kewirausahaan

Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave, proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk ‘’locus of control’’, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadi wirausahawan yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang bersal dari individu, seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang memengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan keluarga.

Ciri-ciri dan Sifat kewirausahaan

Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap orang memerlukan ciri-ciri dan juga memiliki sifat-sifat dalam kewirausahaan. Ciri-ciri seorang wirausaha adalah:
·                     Percaya diri
·                     Berorientasikan tugas dan hasil
·                     Pengambil risiko
·                     Kepemimpinan
·                     Keorisinilan
·                     Berorientasi ke masa depan
·                     Jujur dan tekun
Sifat-sifat seorang wirausaha adalah:
·                     Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.
·                     Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik ddan memiliki inisiatif.
·                     Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.
·                     Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun.
·                     Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
·                     Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan.
·                     Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras.

Tahap-tahap kewirausahaan

Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha:

 Tahap memulai

Tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan ‘’franchising’’. Tahap ini juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri, atau jasa.

 

 Tahap melaksanakan usaha

Dalam tahap ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek: pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil risiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.

 Tahap mempertahankan usaha

Tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
·                     Tahap mengembangkan usaha
Tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.

 Sikap wirausaha

Dari daftar ciri dan sifat watak seorang wirausahawan di atas, dapat kita identifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat diangkat dari kegiatannya sehari-hari, sebagai berikut:
·                     Disiplin
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki kedisiplinan yang tinggi. Arti dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan komitmen wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan, adalah kendala yang dapat menghambat seorang wirausahawan meraih keberhasilan. Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan wirausahawan akan komitmen tersebut. Wirausahawan harus taat azas. Hal tersebut akan dapat tercapai jika wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausahawan akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.
·                     Komitmen Tinggi
Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan).  Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan sebagainya.Seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadapkonsumen, akan memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan.
·                     Jujur
Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh seorang wirausahawan. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. Kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikan dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang dilakukan olehwirausahawan.
·                     Kreatif dan Inovatif
Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yangmemberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.
·                     Mandiri
Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalammengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.
·                     Realistis
Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan/ perbuatannya. Banyak seorang calon wirausahawan yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena wirausahawan tersebut tidak realistis, obyektif dan rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya. Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap masukan-masukan/ sumbang saran yang ada keterkaitan erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.

Faktor Kegagalan Dalam Wirausaha

Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2003 : 44-45) ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:
·                     Tidak kompeten dalam manajerial.
Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
·                     Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
·                     Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan memelihara aliran kas menyebabkan operasional perusahan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
·                     Gagal dalam perencanaan.
Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
·                     Lokasi yang kurang memadai.
Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.
·                     Kurangnya pengawasan peralatan.
Pengawasan erat berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
·                     Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha.
Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar.
·                     Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan.
Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.

Peran Wirausaha Dalam Perekonomian Nasional

Seorang wirausaha berperan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal seorang wirausaha berperan dalam mengurangi tingkat kebergantungan terhadap orang lain, meningkatkan kepercayaan diri, serta meningkatkan daya beli pelakunya. Secara eksternal, seorang wirausaha berperan dalam menyediakan lapangan kerja bagi para pencari kerja. Dengan terserapnya tenaga kerja oleh kesempatan kerja yang disediakan oleh seorang wirausaha, tingkat pengangguran secara nasional menjadi berkurang.
Menurunnya tingkat pengangguran berdampak terhadap naiknya pendapatan perkapita dan daya beli masyarakat, serta tumbuhnya perekonomian secara nasional. Selain itu, berdampak pula terhadap menurunnya tingkat kriminalitas yang biasanya ditimbulkan oleh karena tingginya pengangguran.
Seorang wirausaha memiliki peran sangat besar dalam melakukan wirausaha. Peran wirausaha dalam perekonomian suatu negara adalah:
·                     Menciptakan lapangan kerja
·                     Mengurangi pengangguran
·                     Meningkatkan pendapatan masyarakat
·                     Mengombinasikan faktor–faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal dan keahlian)
·                     Meningkatkan produktivitas nasional



Sumber: wikipedia